Mengintip Budidaya Jamur Tiram Di Stabat Kabupaten Langkat

Stabat-Metrolangkat.com

Jamur mengandung rendah kalori dan hampir tidak memiliki lemak. Vitamin D dan B12 juga bisa ditemukan di dalam jamur, loh. Oleh karena itu, jamur sangat cocok untuk dikonsumsi.

Salah satu jamur yang bisa dikonsumsi adalah jamur tiram. Jamur tiram identik dengan bentuknya yang putih, lebar, tumbuh bergerombol seperti payung, dan bentuknya yang menyerupai cangkang tiram. Jamur tiram sangat mudah ditemukan apalagi di Indonesia.

Oleh karena itu, tak jarang masyarakat membudidayakan jamur tiram ini karena banyak sekali peminatnya.

Budidaya jamur tiram (Pleurotous ostreatus) bukan lagi hal yang baru, termasuk di Kota Stabat, Kabupaten Langkat. Jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes ini banyak dibudidayakan meskipun tidak dengan jumlah yang banyak.

Tapi kini ternyata, budidaya jamur tiram di Stabat tak lagi seimbang dengan permintaan (kebutuhan) pasar. Penyebabnya, ada perkembangan yang cukup mencolok dalam konsumsi masyarakat dan sektor hilir jamur tiram.

Budidaya Jamur Tiram di Kabupaten Langkat, tepatnya di Stabat, sudah dilakoni semenjak tiga tahun yang lalu disebuah lahan tanah seluas kurang lebih 2 rante milik keluarga yang tak jauh dari pusat kota Stabat, tepatnya di jalan Sempurna, Kelurahan Perdamaian, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Harry Irawan(35) selaku salah satu pemilik usaha keluarga tersebut mengatakan kepada awak media metrolangkat.com, bahwasanya usaha budidaya jamur tiram tersebut sudah dimulai sejak awal tahun 2016 silam dan berlangsung sampai sekarang.

Pasang surut ekonomi pun sudah dialami semenjak merintis usaha budidaya tersebut. Dimulai dari pengadaan serbuk kayu, hama jamur dan pasar jual jamur tiram, khususnya di  Stabat, Kabupaten Langkat, Senin (14/10).

Namun, kini semua itu dapat dilalui dan hasilnya lumayan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari beserta keluarga yang ikut membudidayakan jamur tersebut.

“Dengan memanfaatkan lahan kosong seluas 2 rante yang disulap menjadi kumbung (rumah jamur) berukuran 6 x 12 meter tersebut, diperkirakan mampu menampung 4.000 Baglog/Kumbung,” terang pria yang juga mantan karyawan salah satu Bank Swasta di Indonesia ini.

Lanjutnya, sedangkan untuk Omzet perhari berkisar Rp 400.000, tergantung dengan kuantitas hasil panen dari budidaya jamur tiram.

“Dari usaha budidaya tersebut sudah mampu menembus pasokan jamur tiram di berbagai Mall dan Swalayan Kota Medan,” tambahnya. (Dky)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*